Pada Rabu, 7 Mei 2025, Karsa Institute bersama Yayasan CARE Peduli menggelar Sarasehan Pembangunan Perdamaian di Hotel Khas, Kota Palu. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program WE Nexus, yang bertujuan meningkatkan ketangguhan masyarakat, khususnya perempuan dan pemuda, melalui pendekatan terpadu antara pembangunan kemanusiaan dan perdamaian. Program ini telah diterapkan di enam desa di Kabupaten Sigi: Rarapadende, Pesaku, Wisolo, Ramba, Ngatabaru, dan Pombewe.
Dalam sambutannya, Syaiful Taslim dari Karsa-YCP menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ketahanan sosial, terutama di daerah yang rentan terhadap konflik. Muhamad Marzuki menambahkan bahwa konflik sosial di Sigi seringkali dipicu oleh perbedaan administratif, meskipun masyarakat yang berseteru memiliki banyak kesamaan dalam suku, agama, budaya, dan pekerjaan.
Sarasehan ini juga menghadirkan diskusi mendalam tentang penyebab, pola, dan solusi konflik sosial. Para peserta yang terdiri dari unsur pemerintah daerah, akademisi, tokoh adat, hingga camat aktif menyumbangkan pandangan. Diskusi berkembang menjadi ruang perumusan rencana aksi bersama, yang mencakup penguatan koordinasi antarinstansi dan pentingnya pendekatan dialog serta mediasi untuk memetakan akar dan aktor dalam proses penyelesaian konflik.
Camat Dolo Barat, Ali Nurdin S.Sos, memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini. Ia menyatakan bahwa adanya pencerahan dari akademisi membuka perspektif baru dalam memahami dinamika penyelesaian konflik sosial. Ia berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat memberikan perhatian khusus terhadap fase penyelesaian konflik dan fase pasca-konflik agar masyarakat tidak kembali terjebak dalam siklus kekerasan yang sama. "Harapan saya, hari ini kita bertemu di sini, rencana tindak lanjutnya terlebih dahulu kita fokus melakukan pencerahan pada Kecamatan Dolo Barat, khususnya Desa Pesaku dan Desa Rarapadende yang baru selesai berkonflik," ujarnya.
Sebagai langkah konkret, kegiatan ini menghasilkan sejumlah tindak lanjut penting, seperti rencana studi konflik sosial di wilayah Sigi, pembentukan Forum Kewaspadaan Dini, dan pengembangan program pendidikan perdamaian untuk generasi muda. Sarasehan ini menjadi pengingat bahwa perdamaian bukan hanya hasil dari upaya jangka pendek, melainkan proses berkelanjutan yang membutuhkan keterlibatan semua pihak. *Karins